Rabu, 29 Desember 2010

Perbedaan Taktik Antara Golongan Muda Dan Golongan Tua Dalam Rangka Mencapai Kemerdekaan


A.  Latar Belakang
            Pada dasarnya situasi di Indonesia pada masa pendudukan Jepang masi sangat tragis atau masi terasa terancam dengan keberadaannya penjajah jepang yang masi berkuasa di Indonesia pada saat itu. Oleh karena itu masyarakat Indonesia pada saat itu masi dipegang penuh oleh penjajah Jepang, sampai-sampai hamper semua kekayaan alam rakyat Indonesia diharuskan diberi kepada pemerintah jepang.

            Akibatnya, waktu demi waktu terus berjalan dan kekuasaan jepang mulai musnah dikarenakan kepercayaan masyarakat Indonesia mulai pudar kepada pejajah jepang yang masi berkuasa pada saat itu. Maka dengan itu pula dengan terpaksa kemerdekaan pada saat itu diberikan kepada Indonesia yang pada saat itu sangta menginginkan kermerdekaan tersebut. Dengan dibentuknya BPUPKI dan PPKi yang sebagai panitia penyelenggara kemerdekaan Indonesia pada saat itu.
            Secara garis besar didalam berbagai kota kecil bahkan dibeberapa ibu kota provinsi, kekuasaan pendudukan Jepang itu masi berjalan sampai lama setelah penyerahan resmi. Seperti orang cacad yang tidak biasa berjalan sampai lama setelah berjalan kaki, hanya setengah percaya bahwa setiap langkah bias juga lebih gemulai dan lekbih cepat, pemuda itu secara meraba-rabamenyelidiki luas kemerdekaan mereka itu. Tindakan-tindakan pertama hamper selalu bersifat simbolis, seperti mengibarkan bendera Indonesia diatas gedung-gedung umum yang sebelumnya Hinomaru telah lama berkibar.

B.  Situasi di Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang.
            Masa penjajahan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.

Pemerintahan militer Jepang membagi 3 wilayah komando, yaitu Jawa dan Madura, Sumatera serta Indonesia bagian timur. Untuk wilayah Jawa dan Madura berlaku Osamu Sirei 1942 No.1, yang mengatur bahwa seluruh wewenang badan pemerintahan dan semua hukum dan peraturan yang selama ini berlaku tetap dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan militer Jepang. Terhadap 2 wilayah lainnya juga diatur dengan peraturan yang serupa. Kitab undang-undang dan ketentuan perundangan yang semula berlaku hanya untuk orang-orang Belanda, kini juga berlaku untuk orang-orang Cina. Hukum adat tetap dinyatakan berlaku untuk orang-orang pribumi. Pemrintah militer Jepang juga menambah beberapa peraturan militer ke dalam peratuturan perundangan pidana, dan memberlakukannya untuk semua golongan penduduk. Namun kontribusi penting yang diberikan Jepang ialah dengan menghapuskan dualisme tata peradilan, sehingga Indonesia hanya memiliki satu sistem peradilan. Sebagaimana juga pada institusi pengadilan, jepang juga mengunifikasi badan kejaksaan dengan membentuk Kensatzu Kyoku, yang diorganisasi menurut 3 tingkatan pengadilan. Reorganisasi badan peradilan dan kejaksaan ditujukan untuk meniadakan kesan khusus bagi golongan Eropa di hadapan golongan Asia. Dalam situasi lebih mementingkan keperluan perangnya, pemerintah militer Jepang tidak banyak merubah ketentuan administratif yang telah berlaku melainkan hanya beberapa ketentuan dianggap perlu untuk dirubah. Untuk menjamin jalannya roda pemerintahan dan penegakan tertib hukum, Jepang merekrut pejabat-pejabat dari kalangan Indonesia untuk melaksanakan hal tersebut. Namun setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dan berpemerintahan, banyak peraturan yang dibuat oleh pemerintah militer Jepang dinyatakan tidak berlaku. 
D. Pemberontakan Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang
Pemberontakan Indonesia di masa Pendudukan Jepang merupakan serangkaian tulisan mengenai masa-masa pemerintahan Jepang di Indonesia pada tahun 1940-1945. Pemerintahan tersebut dibentuk berdasarkan wewnang dari Tokyo bahwa Indonesia merupakan salah satu negara-negara Asia yang hendak "dimerdekakan" oleh Jepang dari praktek penjajahan bangsa           barat.
Sejak awal kedatangan bangsa jepang di Indonesia, tak pernah terpikir dalam benak penjajah Jepang untuk memberikan kemerdekaan. Jepang hanya ingin memanfaatkan Indonesia sebagai sumber fasilitas bagi kemenagan perangnya. Hal itu didasarkan atas gagasan bahwa indonesiaharus menjadi sumber bagi kemenagna perang dikawasan selatan. Membangun pemerintahan yang independent berarti mengancam cita-cita jepang sebagai penguasa Asia Timur Raya. Oleh karena itu, ketika Filipina dan Burma di beri kemerdekaan tahun 1943, Indonesia dilupakan. Keadaan itu sangat mengecewakan Soekarno dan teman-temannya. Indonesia hanya akan diperlakukan seperti halnya Manchuria. Jepang memberikan kemerdekaan sebagai bagian dari kekaisaran Jepang. 
             Sebagai Negara fasis militer di Asia, Jepang sangat kuat. Kekuatan ini sangat berpengaruh Besar pada sebagian pergerakan Nasional di berbagai bangsa di Asia, termasuk di Indonesia. Dengan pecahnya perang dunia ke-2, jepang terjun dalam kancah peperangan itu. Disamping itu, terdapat bebrbagai ramalan dari para pemimpin lautan teduh. Hal ini didasarkan pada suatu analisis politik, sedangkan sikap pergerakan politik Indonesia dengan tergas menolak bahwa fasisme sedang mengancam dari utara. Sikap ini menyatakan dengan jelas gabungan politik Indonesia (GAPI).
 Asep Lukman, dkk. 1999.
            Sementara itu, dipulau jawa muncul ramalan Joyo Boyo yang menyatakan bahwa suatu saat pulau jawa akan dijajah oleh bangsa kulit kuning, tetapi penjajahannya hanya seumur jagung dan setelah penjajahan ini lenyap maka Indonesia akan merdeka. Ramalan yang sudah dipercaya oleh rakyat tidak disia-siakan oleh jepang dan di manfaatkan sebaik-baiknya, sehingga kedatangan jepang ke Indonesia dianggap sebagai hal yang wajar. Pada tanggal 8 Desember 1941, pecahlah perang di lautan Pasifik. Jepang terlibat di dalamnya, sehingga secara tidak langsung wajah Asia mendapat warna baru. Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus dapat menentukan sikap dalam menghadapi bahaya kuning dari Jepang. Sikap tersebut dipertegas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yaitu: Jhr. Mr. A. W. L. Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer denagn mengemukakan perang melawan Jepang. (Asep Lukman, dkk. 1999. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Grafindo Media Pratama; Jakarta.)
            Hindia belanda yang merupakan benteng kebanggaan Inggris di Asia Tenggara jatuh ke tangan jepang. Peperangan yang dilakukan oleh jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Pasifik diberi nama Perang Asia Timur Raya. Namun, perang itu sudah mencerminkan cita-cita militerisme jepang dalam usahanya untuk menjajah suatu wilayah yang sangat Luas Asep Lukman, dkk. 1999. (Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Grafindo Media Pratama; Jakarta.)
            Dalam tempo sebulan, jepang telah dapat menguasai Asia tenggara seperti Indo Cina, Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia,k Filipina dan Indonesia. Jatuhnya Singapura pada tanggal 15 Februari 1941 ke tangan Jepang, yaitu denagn ditenggelamkanya kapal induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan Refulse sangat menggoncangkan pertahanan sekutu di Asia. Begitu pula satu persatu komandan sekutu meninggalkan Indonesia sehingga gerakan belanda di Indonesia tidak dapat mengatasi penyerahan pasukan Jepang. Kemudian wilayah Indonesia sebagai kekuasaan belanda jatuh ketangan Jepang.
             Secara kronologis serangan-serangan jepang di Indonesia adalah pertama yang di duduki adaalah tarakan ( 10 Januari 1942 ), kemudian Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, Ambon. Kemudian pada bulan Februai 1942 menduduki Pontianak, Makassar, Banjarmasin, Palembang dan Bali. Mula-mula jepang merebut Palembang terlebih dulu sebb posisinya mempunyai arti yang strategis, yaituuntuk memisahkan antara Batavia ( Pusat Belanda ) derngan Singapura ( Pusat Inggris ).
             Pemerintah Jepang atas wilayah Indonesia secara resmi dipegang oleh pemerintah militer. Menurut UUD No. 1 ( Osamu Seroi ) yaitu Undang-Undang yang dikeluarkan oleh panglima tentarake enam Belas tanggal 7 Maret 1942, menyatakan bahwa pembebasan Balatentara Jepang Nipon memegangkekuasaan militer dan kekuasaan yang dipegang oleh gubernur Jenderal.
             Praktek pelaksanaan system pemerintahan ini dipegang oleh dua angkatan perang yaitu Angkatan Darat ( Ringkungan ) dan Angkatan Laut ( Kaigun ) yang masing-masing mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yitu:
Jawa dan madura dengan puasatnya Batavia dibawah kekuasaan ringkungan
 ( Angkatan Darat Jepang )
           Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan Pusatnya singapura dibawah kekuasaan Ringkungan (Angkatan Darat Jepang)
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian dibawah kekuasaan kaigun
Adapun dalam penjelasan yang ada, terdapat suatu bidang-bidang yang menjelaskan situasi di Indonesia pada masa pemerintahan Jepang, diantaranya:
a.  Bidang Pemerintahan
Pada tahun 1943, pada tanggal 8 Maret sesudah di adakannya suatu perjanjian Kalijati antara pemerintah Hindia Belanda denagn Jepang yang berintikan kekuasaan Hindia Belanda kepada pmerintah Jepang, maka Indonesia secara Formal di perintah Oleh Jepang dengan luas wilayah meliputi seluruh bekas Hindia Belanda. Pada saat itu pula jawa Tengah mulai diperintah oleh penjajah baru dan diperlakukan sama dengan daerah-daerah lainya di Indonesia.susunan dan luas wilayah kekuasaan pemerintah jepang dijawa tengah dapat dikatakan sama dengan wilayah pemerintah belanda yang mendahuluinya. Perbedaannya hanya pada nama-nama pejabat pemerintahan dan sebutan wilayahnya.
( Drs. Wiyono,MA. Dkk.1991. Sejarah Refolusi Kemerdekaan (1945-1949) daerah Jawa     Tengah. Jakarta; DEPDIKBUD)
b.  Bidang Sosial dan Budaya
            Menurut hasil yang ada, dalam kehidupan social budaya sewaktu jepang menduduki daerah jawah tengah, dapat diketahui, misalnya melalui bidang pendidikan. Pemeintah jepang mendaya gunakan didang pendidikan untuk menanamkan pengaruhnyayang dilaksanakan sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Anak-anak yang pada tahap pertama memasuki sekolah dan baru berusia enam sampai 12 tahunmasi belum dapat memikirkan dan belum dapat memahami kehidupan bernegara. Oleh karena itu selama masa penjajahan yang singkat itu, pemerintah jepang belum berhasil menanamkan pengaruhnya yang mendalam pada berbagai sector kehidupan di jawa tengah, meskipun sudah cukup untuk membuat bidang pendidikan menjadi mundur.
c.  Kehidupan Ekonomi
            Pada masa pemerintahan Jepang daerah jawa tengah dan para petani jawa tengah juga terkena tanam wajib, yaitu tanaman yang harus ditanam seperti rami atau Rosela dan jarak. Kedua jenis tumbuhan itu ditanam secara masal dise4luruh jawa tengah. Akibatnya tanaman padi dan polowijo menjadi berkurang sehingga hasilnya menjadi sedikit atau tidak cukup untuk makan sehari-hari.    
E.   Situasi menjelang Akhir Pendudukan Jepang di Indonesia
              Secara garis besar runtuhnya kepercayaan rakyat indonesia pada penjajah jepang, mendorong jepang mencobah meraih kembali dukungan rakyat indonesia. Scenario permainan tetap sama: mencari simpati rakyat terjajah. Ketika awal keadatangan memanfaatkan kepedihan rakyat dan kebencian terhadap penjajah belanda (Barat), mereka mengumumkan diri sebagai “Saudara Tua”  Secara umum diketahui keadaan di Indonesia pada saat menjelang akhir pndudukan jepang di Indonesia tidak dapat diterima. Tetapi jepang sempat mengadakan pembunuhan besar-besaran masyarakat dan lapisan terpelajar didaerah Kalimantan barat, pada daerah ini tidak kurang dan 20.000 orang yang menjadi korban keganasan Jepang. Hanya sebagian saja yang berhasil menyelamatkan diri untuk lari ke pulau jawa. (Sudibyo, 2000. Pergerakan Nasional. Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Rineka Cipta; Jakarta.)

            Seribu kali lebih besar kemungkinan terbukanya jalan-jalan baru untuk mempercepat pembangunan bagi kesejahteraan dunia-kemanusiaan. Akan tetapi, satu syarat pokok harus dipenuhi, satu syarat pokok menjadi tuntutan mutlak: Revolusi Atom harus disertai Revolusi Mental. Revolusi Atom harus dikawani Revolusi Moral. Kita harus berani berpikir dalam alam damai, bukan dalam alam perang. Kita harus berani berpikir dalam alam percaya-memercayai, bukan alam curiga. Kita harus berani berpikir dalam alam kerja sama, bukan dalam alam        jegal-menjegal.  Jika Revolusi Atom ini tidak disertai revolusi mental dan revolusi moral, kemajuan yang dibawanya itu akan membawa manusia terjungkal dalam jurang       kebencanaan. Jauhkanlah manusia ini, ya Tuhan, dari jurang kebencanaan itu!”. Demikian cuplikan pidato Bung Karno dalam amanat Hari Proklamasi tanggal 17 Agustus 1956 bertajuk           ” PROKLAMATOR dan Presiden I RI, menurut (alm.) Prof. Dr. Roeslan Abdulgani, mantan Menlu dan sejarawan terkemuka di zamannya, sejak pagi-pagi sudah dan tanpa henti berupaya membangkitkan benteng kejiwaan, benteng kerohanian, dan benteng mental yang harus membentengi revolusi ilmiah di dunia modern ini serta revolusi kemanusiaannya bangsa        kita. Jika segi mental tidak ikut kita tingkatkan nilainya dan kepandaian manusia tidak dikawal dengan moral, etika serta budi pekerti, kemajuan ilmu pengetahuan serta revolusi tekhnik akan terlepas dari tangan manusia; dan ilmu tidak akan digunakan bagi kebahagiaan serta kesejahteraan manusia, melainkan akan terjerumus sekadar menjadi alat untuk menghancurkan manusia satu sama lain. Science harus bergandengan tangan dengan conscience! Ilmu harus bergandengan tangan dengan ngelmu. Ilmu pengetahuan harus bergandengan tangan dengan Hati-Nurani-Manusia. Begitu inti tanggapan para pemimpin RI di era awal kemerdekaan tentang perenungan atas peristiwa bom atom AS atas Hiroshima dan Nagasaki. Bagaimana juga situasi di Indonesia menjelang dan setelah jatuhnya bom atom di Hiroshima? Beberapa arsip surat kabar Asia Raya, Tjahaya atau Sinar Baru terbitan Mei, Juni dan Juli 1945 yang terangkum di buku Menjelang Indonesia Merdeka (Penerbit Gunung Agung, 1982) agaknya bisa mewakili secuplik peristiwa di era itu. (Anonimuse.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/07/teropong/index.htmlonline 22-12-2008)
              Tanggal 29 April 1945 melalui Maklumat Gunseikan (Lembaga Penguasa Darurat Militer Balatentara Dai Nippon, Kekaisaran Jepang di Indonesia) dibentuk dasar hukum bagi Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Badan untuk Menyelidiki Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (selanjutnya disebut Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI). Anggota Badan Penyelidik dibatasi 62 orang dan kepada kaum cerdik pandai yang tidak termasuk anggota dimintakan kesediaannya ikut mengajukan buah pikiran dan usul-usul melalui anggota Badan Penyelidik.
”Mata Bangsa Indonesia dalam saat terakhir ini telah terbuka untuk melongok keadaan internasional, terutama sejak diserangnya Port Arthur oleh Balatentara Jepang,” tulis Winarno Danuatmodjo di Sinar Baru terbitan 21 Mei 1945, seraya menyebut, ”Sejak mendaratnya Balatentara (Jepang) di Indonesia sudah ada sejumlah ahli Bangsa Indonesia yang tengah bersiap dengan bahan-bahan bagi negara Indonesia kelak”.
Dalam rumusan Pembukaan UUD, Bung Karno memutuskan untuk menerima masukan dari rekan seperjuangannya, Wasithah saat itu (1936-1948) yang bermukim di Takeran, Madiun, yaitu Kiai Imam Mursyid Muttaqin As., berbunyi, ”Dengan Berkah dan Rahmat Tuhan Yang Maha  Esa”(Anonimuse.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/07/teropong/index.html.online.22-12-2008)
             Roeslan Abdulgani, yang juga mantan Dubes Luar Biasa RI untuk PBB menyatakan, Bung Karno berpikiran, manusia Indonesia merdeka, kelak dalam menentukan apa yang harus ia kerjakan bagi dirinya sendiri tidaklah boleh bersikap absolut, tak terbatas, melainkan dia harus menghadapkan dirinya juga kepada kenyataan-kenyataan di luar kemampuan dirinya, yaitu kepada Tuhan Yang Mahakuasa. ”Hal inti itulah yang membedakan Republik Indonesia dengan negara mana pun,” ujar Roeslan Abdulgani. SEBANYAK 200 pemuda dari segenap penjuru Indonesia ikut bermusyawarah di gedung Musium Perang di Lembang, Bandung sejak tanggal 16 hingga 18 Mei 1945 dalam usaha menyambut Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dilaporkan oleh surat kabar Tjahaya edisi 24 Mei      1945.
(Anonimuse.http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/07/teropong/index.htmlonline 22-12-2008)
             Dalam Kongres Pemuda Indonesia itu dirumuskan mosi, tanggal 9 Maret 1942 adalah hari jatuh dan runtuhnya kekuasaan pemerintah Belanda di Indonesia dan terlepasnya rakyat Indonesia dari belenggu Imperialisme Barat. Tanggal 7 September 1944 adalah hari Janji Kemerdekaan Indonesia, hari permulaan pengakuan akan adanya rakyat Indonesia sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai tanah air Indonesia, dan yang akan selekasnya mempunyai negara      Indonesia.
(Anonimuse.http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/07/teropong/index.html.online 22-12-2008)
              Selaras dengan cita-cita Dai Nippon yang hendak memerdekakan bangsa-bangsa Asia dan pembentukan kemakmuran bersama di Asia Timur Raya berdasarkan cita-cita Hakkoo Itiu dan sejalan pula dengan cita-cita Rakyat Indonesia yang hendak melepaskan dirinya dari belenggu tiap-tiap penjajahan, maka sejak saat itu Rakyat Indonesia tiba ke tingkatan perjuangan   baru. Dalam pergolakan perjuangan dunia di masa itu, Indonesia--sebagai salah satu mata rantai dari perjuangan seluruh bangsa Asia--akan keluar dan tampil ke muka ke dalam kancah pertarungan sebagai bangsa yang bertanah air satu dan mempunyai negara Indonesia. Sudah disadari sejak zaman pendudukan Jepang itu, hanya dalam negara Indonesia Merdeka, rakyat Indonesia terhindar dari semangat perbudakan dan terlepas dari pengaruh imperialisme Barat. Hanya dalam Negara Indonesia Merdeka, rakyat Indonesia dapat mewujudkan jiwa merdeka dan terjaminnya kemakmuran rakyat.
Mengingat akan genting dan memuncaknya keadaan peperangan dewasa ini dan terancamnya kemerdekaan seluruh Asia, dan mengingat keberanian dan kesanggupan rakyat dan pemuda Indonesia yang penuh rasa tanggung jawab dan keikhlasan untuk menentukan nasib bangsanya dan ikut menjamin nasib bangsa-bangsa Asia, untuk lebih mengeratkan kekuatan, kesatuan pikiran, kesatuan kemauan, kesatuan tindakan di antara bangsa Indonesia khususnya dan di antara bangsa-bangsa Asia pada umumnya, sudah datang saatnya bagi lahirnya bangsa dan negara baru, yaitu Negara Indonesia Merdeka sebagai rantai kekuatan baru menghadapi    musuh.
            FILSUF Jerman, Nietzche menggagas, homo homini lupus, manusia itu adalah srigala bagi sesama manusia. Ya, pendapat itu terbukti, ketika Rusia yang ikut kekuatan Sekutu sukses ”membalas dendam” memasuki Berlin April-Mei 1945, tentara Merahnya habis-habisan menjarah, merampoki dan memerkosa warga Berlin, ibu kota Jerman.
Pimpinan Soviet, Stalin meminta bagian zona Moskwa di Jerman, yaitu Jerman Timur, sementara Amerika mengelola Jerman bagian baratnya selepas berakhirnya perlawanan Nazi, rezim Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler. ”Perilaku bak srigala juga menyergap balatentara Dai Nippon saat meluaskan imperiumnya ke Manchuria (1931), lalu tahun 1937 menduduki Nanking, Peking, dan Shanghai di Daratan Cina. Jepang dengan kekuatan militernya yang berkehendak sebagai bangsa unggul di Asia Timur juga merampas sebagian besar wilayah utara Cina dan bekas koloni Prancis, Indocina (Vietnam). Sedikitnya delapan juta orang tewas di tangan senapan dan bayonet serta meriam dan pesawat pengebom Jepang kala  itu. Saat balatentara Dai Nippon mengamuk, menjadi alat imperialis Imperium Jepang, perilaku bak srigalanya dikenang dengan julukan peristiwa ”Kengerian di Timur” (Horror in the East, judul film arsip dokumenter BBC/Discovery Channel mengenai kekejaman Jepang di era PD II)-- suatu kurun masa PD II terburuk di Filipina, Burma, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Korea dan Cina, serta Indonesia. Ingat pakaian dari karung goni? Ingat sistem kerja paksa romusha dan gejala pelecehan perempuan dengan dijadikan budak seks? Itu adalah catatan hitam anggota militer Jepang kala itu yang sampai sekarang masih sering dikenang. Ya, balatentara Dai Nippon adalah ”Serigala dari Timur”, karena itu nyaris sebagian besar warga dunia menyatakan setuju untuk mengakhiri segala kebiadaban aksi militer Negeri Sakura itu dengan aksi bom atomnya Amerika. Namun apa itu bentuk hukuman yang pantas? dan tepat? Serta memberikan pelajaran berharga?
             Selama Perang Dunia I, Jepang memilih bersekutu dengan Inggris dan menawan para serdadu Jerman yang pernah menggempur ke Asia. Saat itu, tentara Jepang berperilaku baik. Namun hanya tiga dekade berselang, di paruh akhir tahun 1930-an perilaku tentara Jepang berubah drastis, hingga menjurus ke mental berlaku keji dan sadis. Apa latar belakangnya? DUA hari setelah Jepang menyatakan menyerah kepada Amerika, karena berniat mengakhiri penderitaan yang tak terperi dan tanggungan beban rakyat yang tak tertahankan, Republik Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, tepatnya tanggal 17 Agustus  1945.
              Empat hari setelah bom atom kedua jatuh di Nagasaki, yaitu tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito mendeklarasikan perang sudah usai, Jepang menyatakan menyerah. ”Tentara sejati lebih baik mati daripada menyerah!” begitu penegasan Jenderal Aya Anami saat rapat Dewan Tertinggi Jepang, 9 Agustus 1945 di  Tokyo. Dalam surat bunuh dirinya saat melaksanakan tradisi seppuku, di pagi hari sebelum Kaisar Hirohito mengumumkan Jepang menyerah, Jenderal Aya Anami menuliskan, ”Kematianku adalah permintaan maafku atas kejahatan besarku.”
            Jika setelah tak lagi pernah berperang di medan laga, maka setelah perjuangannya dengan modal semangat bushido kini Jepang menjelma menjadi negara makmur, produktif dan suaranya berpengaruh terutama di arena diplomatik dan ekonomi. Sebaliknya Indonesia, negara yang semula pernah ”diasuh” oleh bekas Imperium di Asia Timur itu, yang demikian kaya sumber daya alamnya justru berkembang terus-menerus ke arah derita, nestapa, serta kemiskinan warganya. Kecuali, bagi sejumlah komunitas kecil warganya yang menangguk ”berlian di
            Masa penjajahan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa           Indonesia. Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret  1942.
               Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.   Latar belakang.
              Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe sebagai Perdana Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Jepang tidak menghendaki melawan beberapa negara sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941 mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus, apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk industri di Jepang, maupun untuk keperluan         perang.

           Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4 kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
            Secara garis besar runtuhnya kepercayaan rakyat indonesia pada penjajah jepang, mendorong jepang mencobah meraih kembali dukungan rakyat indonesia. Scenario permainan tetap sama: mencari simpati rakyat terjajah. Ketika awal keadatangan memanfaatkan kepedihan rakyat dan kebencian terhadap penjajah belanda (Barat), mereka mengumumkan diri sebagai “Saudara Tua”
           Secara umum diketahui keadaan di Indonesia pada saat menjelang akhir pndudukan jepang di Indonesia tidak dapat diterima. Tetapi jepang sempat mengadakan pembunuhan besar-besaran masyarakat dan lapisan terpelajar didaerah Kalimantan barat, pada daerah ini tidak kurang dan 20.000 orang yang menjadi korban keganasan Jepang. Hanya sebagian saja yang berhasil menyelamatkan diri untuk lari ke pulau jawa. Sudibyo, 2000.
  • Gerakan Perlawanan Legal
Pada akhir pendudukan jepang di Indonesia banyak gerakan-gerakan yang didirikan atau dibentuk jepang untuk menarik simpati bangsa Indonesia. Jepang selalu memikat rakyat Indonesia agar rakyat Indonesia tertarik Jepang. Pada masa pendudukan jepang benyak berdiri badan-badan resmi. Dan badan-badan resmi itu satu diantaranya mempunyai peranan positif terutama untuk penyaluran ide-ide Nasional.
  • Gerakan 3-A
          Gerakan ini yang disebut dengan gerakan 3-A, karena semboyanya adalah Nipon Pelindung Asia, Nipon Cahaya Asia dan Nipon Cahaya Asia. Tujuannya untuk menarik simpati bangsa Indonesia namun gagal dalam melaksanakan tujuan.
  • Gerakan Tenaga Rakyat
Organisasi bentukan jepang ini ternyata menjadi bomerang bagi jepang, sebab putera beranggotakan tenaga-tenaga baru dan nyata-nyatanya bersifat Nasionalis padahal pendudukan Jepang mulai menapakan semangat imperialisme. Jadisecara tidak langsung juga menamakan semangat anti jepang dihati anggota anggota Mc. Ricklefs, 1993.
  • Pembelah Tanah Air (PETA)
           Semua badan ini dipersiapkan jepang hanya untuk memenuhi kepentingannya. Namun justru terbalik dan bermanfaat bagi Indonesia. Karena pemuda-pemuda Indonesia dididik menurut latihan militer  (Kemiliteran Jepang). Lama-kelamaan karena kedudukan Jepang sudah terdesak, maka Jrepang mengharapkan bantuan dari rakyat Indonesia. Jepang berpikir bahwa bantuan ini hanya dapat diharapkan kalau Indonesia diberi satu harapan yaitu Indonesia akan diberi kemerdekaan dikelak kemudian hari. Jepang memeang memimikan agar kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Oleh karena itu, sebelum kemerdekaan tibadibentuklah panitia yang bertugas menyelidiki persoalan-persoalan politik dan kondisi lainya untuk persiapan kemerdekaan yang disebut BPUPKI.
Badan Penyelidik Usaha_usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah kata benda sekaligus kata kerja. Sebagai kata benda, keduannya adalah lembaga yang masing-masing didirikan tanggal 1 Maret 1945 dan tanggal 7 Agustus 1945. sebagai kata kerja, berarti kedua lembaga tersebut mengadakan kegiatan-kegiatan, berupa siding-sidang Resmi dan tidak resmi.
Persidangan BPUPKI mengarah pada penemuan isi, bentuk falsafah dsar hokum suatu Negara merdeka, dan bagaimana menyelenggarakan suatu Negara Indonesia yang merdeka. Persidangan PPKI menentukan langkah-langkah kongkret yang segera dilakukan dalam praktek yang segera dilakukan dalam praktek penyelenggaraan suatu Negara yang merdeka dan berdaulat penuh. Aktifitas perjuangan pada masa pendudukan jepang sangat terasa sekali dalam organisasi bentukan jepang sendiri, yaitu pada BPUPKI sehingga berhasil membuat rancangan dasar Negara, Rancangan UUD 1945 dan piagam Jakarta yang kemudian dijadikan pembukaan UUD 1945 sekalipun ada perbaikan. Kemudian, melalui PPKI dimanfaatkan untuk mematangkan persiapan kemrdekaan dan pembukaan Lembaga Negara sehinnga setelah merdeka tinggal penyempurnaan dan melengkapi hal-hal prasyarat bagi berdirinya sebuah Negara yang berdaulat. Kekalahan jepang oleh sekutu mempercepat proses kemerdekaan Indonesia yang dimanfaatkan oleh para pemuda dan pemimpin pergerakan nasional untuk mewujudkan proklamasi kemerdekaan

Asep Lukman, dkk. 1999. Sejarah Nasional Indonesia dan Umum. Grafindo Media Pratama; Jakarta.

Mc. Ricklefs, 1993. Sejarah Indonesia Modern. Gajah Mada Unifersiti Press. Yogyakarta.

Sudibyo, 2000. Pergerakan Nasional. Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Rineka Cipta; Jakarta.

Drs. Wiyono,MA. Dkk.1991. Sejarah Refolusi Kemerdekaan (1945-1949) daerah Jawa     Tengah. Jakarta; DEPDIKBUD

Rini Yunarti. 2003. BPUPKI. PPKI. Proklamasi Kemerdekaan RI. Jakarta. Kompas.

Ben Anderson. 1988. Revolusi Pemuda (Pendudukan jepang dan Perlawanan di Jawa), 1944-1946. Jakarta; CV. Muliasari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar